Bagi seorang muslim, dalam memulai segala aktivitas, dianjurkan untuk memulai dengan membaca bismilah, atau lengkapnya bismillahir-rahmanir-rahim. Amal atau aktifitas baik kita bisa dianggap ibadah dengan membaca bismilah terlebih dahulu. Lafadz basmalah atau bismilah kalau dihayati memiliki kandungan makna yang luas dan mendalam. Kandungan tersebut meliputi niat, pujian, zikir, tauhid atau pernyataan diri pengabdian hanya kepada Allah SWT.
Lafadz basmalah sering diterjemahkan (dalam bahasa Indonesia) "Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang". Kita biasa mengartikannya begitu, tapi yang perlu ditekankan atau dicermati adalah pada kata efek bi dan ismu. Bi biasa diartikan “dengan”, sedangkan ismu, yang makna aslinya adalah ketinggian atau keluhuran, ini seakar-kata dengan kata “sama’” yang artinya tinggi atau langit.
Bismillahir-rahmanir-rahim adalah sebuah bacaan, tapi bila diucapkan dengan sungguh-sungguh dan dihayati itu bukanlah sekedar “dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang”. Faktor mengucapkan bi atau “dengan” menjadikan aktifitas membaca bismilah itu sebagai perbuatan juga. Atau secara ilmu bahasanya, mengkonversi dari kalimat pernyataan menjadi perbuatan.
Dengan begitu, waktu membaca bismilah secara sadar kita “meliputkan diri” atau menundukkan diri hanya kepada kekuasaan Allah semata segala amal atau aktivitas kita, karena Dia-lah yang berkuasa, maha pengasih dan penyayang kepada hambanya. Hakikatnya kita ini hanyalah bagian dari kekuasaannya, kita bisa melakukan ini itu tak lepas dari kekuasannya. Kitapun hidup di dan diantara kekuasaan-kekuasaannya. Apapun hasil atau efek dari amal baik kita, itu pun juga karena rahmat-Nya atau kasih sayang-Nya. Itu jugalah yang menyebabkan kita patut memuji dan Dia sebagai rahman (yang Maha Pengasih kepada semua makhluk) dan Rahim (yang Maha Penyayang kepada hambanya) sebagai bentuk syukur sekaligus mengharap limpahan rahmat-Nya jua.
Menghayati dan mengaplikasikan hakikat membaca bismilah pada semua amal (baik) itulah esensi dari dianjurkannya membaca bismilah disini, baik pada saat akan melakukan aktivitas ataupun untuk zikir, Selain menjadikan aktivitas sebagai pengabdian atau ibadah, itu juga bisa memupuk rasa khusyuk kepada Allah SWT. Khusyuk berarti tunduk atau patuh. Meski cenderung merujuk pada rasa atau aktivitas hati, namun khusyuk biasanya juga meliputi bathiniah dan lahiriah. Kekhusyukan atau kepatuhan inilah modal ketaqwaan, menjalankan perintah dan menjauhi larangan. Bukankah hamba yang paling mulia adalah yang paling paling bertaqwa (QS, 49:13).
Terkait khusyu’, Allah berfirman, “Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’. (QS, 2:45). Dengan kata lain, hanya orang yang khusyuk yang ringan mendirikan shalat. Allah juga memerintahkan kita untuk khusyuk dalam shalat sebagaimana firma-Nya, “Peliharalah segala shalat (mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa. Berdirilah karena Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu’” (QS, 2:238). Dalam banyak do’a yang diajarkan Nabi SAW, kita dianjurkan senantiasa berdo’a agar diberikan kekhusyukan maupun kekhusyukan hati. Bisa dipahami disini bahwa kekhusyu’an diluar shalat atau secara umum mempengaruhi kekhusyu’an dalam shalat, dan kekhusyu’an dalam shalat membangun kekhusyu’an diluar shalat. Hal itu saling berkaitan dan saling mempengaruhi.
Singkatnya, kekhusyukan adalah anugerah dari Allah SWT. Namun, kita diperintahkan meraih dan selalu menjaganya dengan mendirikan shalat dan karena itulah pondasi agama/jalan Islam, yang notabene adalah anugerah terbesar dari-Nya. Sebagaimana firman-Nya, “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam shalatnya. (QS, 23:1-2).
Wallahu A’lam.
No comments:
Post a Comment